Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wisata Alam Posong, Semua Gunung Terlihat dalam Satu Frame
Kartu by.U, kartu digital pertama Indonesia
Xiaomi Redmi Cepat rusak?
Tips diet mudah, turun 8kg 2 bulan!
Cara mengembalikan foto yang terhapus

Tantangan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan




Tantangan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan.



BOODS.ID - Sudah 1 Abad Muhammadiyah berdiri dan berkiprah di tanah air. Banyak yang telah dicapai dan telah didedikasikan untuk negeri ini. Muhammadiyah didirikan oleh seorang kyai alim, cerdasa dan berjiwa pembaharu, yaitu Kyai Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 November 912 M. Pembaharuan yang terjadi di Muhammadiyah memang tidak terlepas dari “sumbangan” dari Kyai besar Ahmad Dahlan. Beliau juga di kenal sebagai perintis pendidikan ‘modern’ yang memadukan pelajaran agama dan umum dengan mengintegrasikan ‘iman’ dan ‘kemajuan’, sehingga menghasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya.

Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda. Bahkan tulis Nurkholish Madjid (1990:407) Muhammadiyah adalah organisasi Islam “modern” yang terbesar di dunia, lebih besar daripada yang mana pun di negeri-negeri Islam lain.
Dalam bidang pendidikan, hingga tahun 2022 Muhammadiyah memiliki 22.000 Pendidikan Anak Usia Dini; 1.094 Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.128 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah; 558 Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah; 554 Sekolah Menengah Kejuruan; 440 Pondok Pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2022, Muhammadiyah memiliki 60 Universitas, 82 Sekolah Tinggi, 6 Akademi, 9 Institut, serta 5 Politeknik.
Muhammadiyah memang selalu berkomitmen untuk selalu menciptakan manusia yang utama, salah satunya adalah melalui bidang pendidikan. Semakin kedepan tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalm bidang pendidikan semakin besar dan semakin beragam. Semakin besar Muhammadiyah, muncul berbagai kritikan terkait apakah kualitas lulusan dilembaga pendidikan Muhammadiyah sudah bagus sebanding dengan kuantitas lembaga pendidikan yang ada dan mampu mngikuti perubahan zaman?. Dan sejauh mana pendidikan Muhammadiyah mampu menghandle masyarakat dari dampak buruk perkembangan teknologi saat ini paa khususnya bagi para pelajar maupun mahasiswa. Dan berbagai tantangan-tantangan lainnya.
Berdasar pada konsep diatas, maka dapat kita uraikan tantangan-tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti berikut ini:

1. Bagaimana peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan?
2. Bagaimana konsep dasar pendidikan Muhammadiyah?
3. Apa saja tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan?
4. Solusi apa saja yang bisa dilakukan Muhammadiyah dalam menjawab tantangan dimasa mendatang?
5. Apa saja rumusan program pengembangan Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan, Iptek dan Litbang?



Baca artikel lain yang berkaitan :

Kepribadian Muhammadiyah


A. Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
Setelah 1 abad Muhammadiyah berdiri, banyak yang telah Muhammadiyah persembahkan, abdikan dan dedukasikan untuk negeri ini. Sejarah menunjukkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam rentang usia satu abad telah berkiprah optimal untuk memajukan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya. Muhammadiyah telah berjuang melalui gerakan dakwah dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi serta melakukan usaha-usaha pembaruan kemasyarakatan melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, peran politik kebangsaan, dan sebagainya, yang merupakan perwujudan untuk membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dalam bidang pendidikan, hingga tahun 2022 Muhammadiyah memiliki 22.000 Pendidikan Anak Usia Dini; 1.094 Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.128 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah; 558 Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah; 554 Sekolah Menengah Kejuruan; 440 Pondok Pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2022, Muhammadiyah memiliki 60 Universitas, 82 Sekolah Tinggi, 6 Akademi, 9 Institut, serta 5 Politeknik.
Muhammadiyah memang sudah berkomitmen sejak dulu untuk terus mengembangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia. Sejak awal pendirian bahkan sebelum berdirinya Muhammadiyah, pendirinya yaitu kyai haji Ahmad Dahlan memang sudah sangat peduli dan perhatian dengan pendidikan. Ia begitu peduli dengan nasib ank-anak disekitar akuman yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dengan kecerdasannya maka lambat laun ia mampu merintis sistem pendidikan modern yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan umum dan agama. Hingga setelah ia mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang Sosial, pendidikan dan kesehatan. Ia kemudian mendirikan sekolah madrasah ibtidaiyah diniyah yang pertama di Kauman. Semangat untuk terus mngembangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia ini kemudian diteruskan oleh para kader Muhammadiyah dengan terus mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki infrastruktur yang bagus dan memadai. Sehingga Muhammadiyah ikut membantu pemerintah dalam rangka mencapai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan.
Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang sudah dimiliki Muhammadiyah tersebut, Muhammadiyah terus mengembangkan dan membentuk inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan ini agar peserta didiknya mampu menjawab tantangan zaman. Saat ini sudah ada lembaga pendidikan yang sudah mapan, namun ada juga yang belum. Untuk yang belum mapan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memajukannya.


B. Konsep Dasar Pendidikan Muhammadiyah.
Secara umum konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional). (Fahrur Razy Dalimunte,1999:11). Pendidikan merupakan aktivitas yang diorientasikan kepada pengembangan individu manusia secara optimal. Sementara itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah menurut KH Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku"

Tujuan Pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-ulama intelek" atau "intelek ulama", yaitu sorang Muslim yang memiliki keteguhan iman dan Ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Adapun tujuan pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu: (I)  Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah Menyebarkan ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera didalam residenan Yogyakarta menunjukan hal Agama Islamkepada anggotanya, (II)   Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakarta  menjadi memajukan dan menggembirakan pengajaran dan memajukan Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Tujuan pendidikan yang demikian juga tercermin dalam sistem pendidikan Muhammadiyah, terutama komponen bahan pelajaran, yang merupakan kompromi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu pengetahuan yang datang dari Barat.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah secara umum berbunyi: “ (I) terwujudnya manusia Muslim yang berakhlak mulia cakap, percaya pada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; (ii) Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan umtuk pembangunan dan masyarakat negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menentukan tujuan yang ingin dicapai, sehingga mudah diarahkan dan dievaluasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan formal Muhammadiyah adalah:
a. Menegakan, berarti membuat agar tegak dan tidak tergoyahkan itu dengan memegang teguh, mempertahankan, membela serta memperjuangkan ajaran Islam.
b. Menjungjung tinggi berarti membawa di atas segala-galanya, yaitu dengan cara anak didik supaya mengamalkan mengindahkan serta melaksanakan Ajaran Agama Islam.
c. Agama Islam yaitu: Agama yang dibawa para Rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Segenap isi Ajaran Agama yang dibawa oleh para Rasul tersebut, sudah tercakup dalam Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berupa Al Qur'an  Hadits. Maka siswa Muhammadiyah bisa memegang teguh Agama Islam sebagai Agama Tauhid yang dibawa oleh  Rasul dan sudah sempurna sehingga dapat terbentuk insan-insan kamil.

b. Pendidik
Pendidik Secara etimologi berarti orang yang memberikan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher” artinya guru yang mengajar dirumah.
Sedangkan secara Secara terminologi adalah: Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa "Pendidik adalah sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik" adapun menurut Muri yusuf yaitu "Pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan".
Pengertian  tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian Pendidik menurut Muhammadiyah yaitu, Pendidik/guru adalah setiap orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan anak didik dan mempunyai tanggungjawab menunaikan amanat Vertikal (Alloh) dan horizontal (kemanusiaan).
Dalam mendidik tidak sembarang orang bisa menjadi seorang pendidik dan untuk menjadi seorang pendidik ada syarat yang harus dipenuhi. Menurut Muhammadiyah secara umum syarat menjadi seorang pendidik yaitu harus memiliki ilmu, memiliki kemampuan dalam ilmu jiwa, harus memiliki akhlak teladan dalam kelasnya bahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa syarat terebut harus dilandasi oleh sikap mental terutama akhlak teladan yaitu, siap menjalankan perintah Allah SWT, jiwa pengabdian, ikhlas beramal, serta keyakinan dan kelurusan/kebenaran Agama Islam. Dengan demikian untuk menjadi seorang pendidik menurut Muhammadiyah perlu memiliki persyaratan-persyaratan khusus, diantaranya:
- Harus seorang Muslim artinya beragama Islam yang beriman dan bertaqwa.
- Anggota / guru simpatikan Muhammadiyah atau aisyiah.
- Mempunyai keteladanan yang mulia baik di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
- Ikhlas.
- Bertanggung jawab.
- Mempunyai kemampuan istimewa dalam mendidik baik dalam menguasai materi pelajaran maupun dalam program pelajaran seperti metode, pengelolaan kelas, mengerti dan faham administrasi sekolah maupun dalam memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian.

c. Peserta Didik
Peserta didik atau disebut juga Mutarabbi, hakikatnya adalah orang yang memerlukan bimbingan. Secara kodrati, seorang anak memerlukan Pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa, paling tidak, karena ada dua aspek, yaitu aspek pedagogis dan sosiologis.
Menurut Muhammadiyah peserta didik merupakan bahan mentah atau objek dalam proses transformasi pendidikan. Ia mempunyai keragaman yang berbeda dan sebagai makhluk Allah di muka bumi ini sebagai khalifah yang perlu dididik dan dibina serta dikembangkan agar bisa mengelolanya dan kembali kepada Khaliknya.
Dengan demikian maka anak didik merupakan suatu objek yang akan menerima transformasi pendidikan, dan sebagai objek yang akan menerima transformasi harus mempunyai syarat sebagai pelajar yang baik yaitu;
- Mempunyai akhlak yang baik dan mulia.
- Mempunyai sikap yang sopan dan santun baik kepada sesama maupun kepada yang lebih tua dan muda.
- Harus bisa meneruskan perjuangan.
- Harus dapat dipercaya dan cinta damai.
- Dan bersedia mentaati peraturan yang ada di Muhammadiyah.

d. Kurikulum
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah sebagai berikut:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu” (Arifin, 2003:36).
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem Pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengjaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan (Ramayulis 2006:149).
Kurikulum yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum pelajaran pesantren dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam bidang umum. Adapun materi yang disajikan di Pendidikan  Muhammadiyah harus menyentuh berbagai aspek yaitu:
-   Aqidah akhlak
-   Hablumminallah.
-   Hablumminannas.
-   Bahasa dan Tarikh

Dengan demikian maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah Pendidikan Agama yang mencakup mata pelajaran aqidah akhlak, hadist, piqh, tarikh, bahasa, al-quran dan kemuhammadiyahan. Selain pendidikan Agama di Muhammadiyah juga terdapat pendidikan umum yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik, olah raga, matematika dll.
Bahan pelajaran di atas diberikan secara  berencana. Artinya bahan pelajaran tertentu diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama belajar di setiap kelas yang telah ditetapkan. Di sekolah/pendidikan Muhammadiyah juga telah diterapkan sistem ulangan, absensi Murid dan kenaikan kelas, dan kecakapan murid dinilai melalui ulangan yang diberikan.

e. Metode
Metode mengajar adalah cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Kalau dalam sistem pendidikan Islam tradisional dikenal metode sorogan dan weton, maka di lembaga pendidikan klasikal seperti yang dipraktekkan oleh  Muhammadiyah, metode pengajaran yang demikian tidak diterapkan lagi. Di muhammadiyah murid tidak lagi hanya menerima dengan kritis dan dengan perbandingan, terutama bagi kitab fikih yang mengajarkan pendapat Mujtahid tertentu.
Adapun Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, metode kerja kelompok, demonstrasi, latihan, sosiodrama, metode karya wisata/belajar di alam.
 
C. Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

1. Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
 
 2. Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini. 
 
3. Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)
 
 4. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
 
5. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi elektronik dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya. (Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu dampak positif  dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif.
 
6. Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, ‎krisis moral.
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, ‎yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, ‎perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada ‎perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, ‎penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan ‎tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
 
7. Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut  menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.
 
D. Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi :
1. Dari orientasi status ke orientasi kompetensi
2. Dari orientasi Input ke output
3. Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
4. Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
5. Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
6. Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian dari orientasi fisik ke orientasi nilai

Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Muhammadiyah harus dapat menjadi filter atau penyaring agar kebudayaan asing yang bersifat negatif tidak ikut masuk dan pada kahirnya akan merusak moral dan kepribadian pelajar Muhammadiyah. Salah satu yang perlu terus dikembangkankan adalah dengan terus memberikan materi Al islam Kemuhammadiyahan yang diharapkan dapat menjadi pencerah bagi para pelajar Muhammadiyah serta terus mengembangkan strategi pembelajaran yang kaya materi namun juga kaya motivasi. Hal ini dikarenakan selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan dimana peserta didik terus disuapi dengan seabreg materi namun miskin motivasi.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modal sosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua tuntutannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah, memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.

E. Program Pengembangan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan, Iptek dan Litbang
Dalam rangka menjawab kritikan dan untuk mengembangkan Pendidikan, Iptek dan Litbang maka Muhammadiyah menetapkan Program Kerja dalam bidang Pendidikan yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang isinya sebagai berikut :

a. Visi Pengembangan.
Berkembangnya kualitas dan ciri khas muhammadiyah yang unggul, holistik dan bertatakelola baik yang didukung oleh pengembangan Iptek dan litbang sebagai wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana tujuan pendidikan muhammadiyah.

b. Program Pengembangan
1. Mengembangkan sistem pendidikan Muhammadiyah yang holistik atau menyeluruh sebagai kelanjutan dari konsep blueprint pendidikan Muhammadiyah menuju pencapaian pendidikan yang unggul dan utama dimasa depan.
2. Menyusun Roadmap keunggulan pendidikan Muhammadiyah baik tingkat dasar dan menengah maupun perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya, termasuk pemetaan sumberdaya insani, pusat-pusat keunggulan, fasilitas, tata kelola, kepemimpinan, dan lain-lain yang mendukung pengembangan kualitas/ keunggilan pendidikan Muhammadiyah ditengah persaingan yang tinggi.
3. Meningkatkan peran dan fungsi Muhammadiyah sebagai lembaga pelayan masyarakat dengan membuka dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang suku, bangsa, agama dan kelas sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.
4. Mengembangkan model-model pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan diseluruh jenjang pendidikan yang memberikan pencerahan paham islam dan komitmen gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan.
5. Mengembangkan kualitas kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan, peraturan-peraturan yang terpadu dan standar, pemanfaatan IT, penjaminan mutu dan berbagai aspek penting lainnya yang mendukung pengembangan keunggulan pendidikan Muhammadiyah ditingkat perguruan tinggi maupun dasar dan menengah.

Itulah 5 dari 31 poin Program pengembangan pendidikan Muhammadiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Semuanya mengarah pada perbaikan dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah.

 

A. Kesimpulan

Setelah 1 abad Muhammadiyah Muhammadiyah berdiri, semakin kompleks saja tantangan yang dihadapi Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan. Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah diantaranya adalah Masalah Kualitas Pendidikan, Permasalahan Profesionalisme Guru, Masalah kebudayaan (alkulturasi), Permasalahan Strategi Pembelajaran, Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, ‎krisis moral, Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut  menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.

Adapun  strategi muhammadiyah yang digunakan dalam menjawab tantangan era globalisasi saat ini adalah muhammadiyah harus memberi jawaban terhadap arus-arus yang dibawa oleh “gelombang” globalisasi dan informasi. Bagaimanapun Muhammadiyah harus berupaya untuk selalu up-to date, jangan sampai stagnan bahkan ketinggalan. Khususnya dalam merealiasasikan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahyi munkar perlu startegi yang “selalu” baru, agar objek dari dakwah tersebut bisa lebih “tepat sasaran”.

Dengan program pengembangan yang telah ditetapkan Muhammadiyah diharapkan akan mampu memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan Muhammadiyah agar dapat bersaing dengan lembaga pendidikan swasta lainnya dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.








DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Haedar.2011. Muhammadiyah Abad Kedua. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam
Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. 2012. Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Jakarta: PP Muhammadiyah
www.google.co.id/proyeksidankondisipendidikan muhammadiyah.html diunduh tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB
www.muhammadiyah.or.id diakses tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB
www.google.co.id/konsepdasarpendidikanmuhammadiyah.html diunduh tanggal 9 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB

Posting Komentar untuk "Tantangan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan"